
Dahulu terdapat seorang ulama yang disebut-sebut sebagai wali ke sebelas bernama Mbah Ciptasari. Beliau adalah salah seorang yang menyebarkan agama Islam di sekitar Kabupaten Tegal. 1400an tahun silam hingga saat ini, sejarah beliau masih dikenang.
Dikisahkan beliau lahir dari keluarga bangsawan kerajaan Mataram, namun terpisah dari keluarganya akibat perang kala itu sehingga menetap di Kabupaten Tegal dan makamnya berada di Desa Cenggini.
Pernah suatu ketika balongan ikan Tambra direnovasi oleh warga yang berkecukupan dan bekerja sama dengan Pemerintah Desa. Namun Sangat disayangkan dari tahun ke tahun sejarah tersebut kurang mendapat perhatian, sehingga lambat laun ikan tersebut kian punah.
Pada sekitar tahun 2000an, masih terlihat beberapa ekor yang hidup. Bahkan dengan berkurangnya jumlah ikan yang hidup, juru kunci bekerja sama dengan Pondok Pesantren Al Hikmah Benda Sirampog Brebes untuk persemaian atau menetaskan ikan-ikan tersebut dengan cara dikawinkan. Namun hasilnya masih kurang maksimal. Malah lebih banyak yang mati.
Dengan kematian sebanyak itu, maka berakhir pula ikan Tambra yang ada di Desa Cenggini. Pada Tahun 2001, Pemerintah Desa bekerja sama dengan Dinas Perikanan dan Pariwisata daerah Cibulan Cirebon Jawa Barat dengan upaya dapat memberikan ikan untuk bisa dihidupkan di balongan tersebut.
Dari hasil usaha tersebut, permasalahan tidak selesai begitu saja. Ikan yang telah dilepaskan, dirasa kekurangan air untuk kelangsungan hidup. Sehingga sampai sekarang usaha tersebut masih terus diupayakan.
Peninggalan yang masih eksis hingga sampai saat ini adalah bangunan Masjid yang diberi nama At-taqwa. Masjid tersebut dari waktu ke waktu telah mengalami perubahan baik bentuk maupun ukuran.